Sabtu, 24 Desember 2011

Aris Junaedi

Lahir   dan besar di lingkungan  kumuh  pasti   bukan  pilihan anak manapun. Tapi  kalo orang tua tak punya  pilihan, apa  mau  dikata. Maka, Aris Junaedi  pun   tinggal  di  wilayah Rawamalang,  Cilincing, Jakarta  Utara, bersama ibu yang seorang buruh  mencuci  dan   empat saudara  lainnya.  Ayahnya  sudah wafat  saat ia   berusia dua tahun.
Aris Djunaedi, 19 tahun, atau   biasa  dipanggil Juned berhasil menyelesaikan SMK jurusan tehnologi informatikanya, tahun  lalu.  Prestasinya cukup bagus baik dalam kegiatan akademik maupun ekstra kurikuler. Ia sedikit lebih  beruntung, disbanding  teman-teman sebayanya  di Rawamalang. Bahkan  kini  ia sudah bekerja sebagai tenaga IT  di  PT  Nusantara Comnet, Jakarta.
Menjadi  anak kampung Rawamalang  menjadi   beban tersendiri  bagi  anak-anak di sana.  Label   sebagai  wilayah yang akrab dengan  prostitusi  memberikan  beban   mental  yang  cukup   berdampak.  “Dulu  orang suka nyepelein kami,” kata Wawan, teman  seperjuangan  Juned.
Juned, Wawan dan  3 teman lainnya kemudian  berupaya   untuk  mengubah  stigma   sebagai  anak-anak  yang   besar  di komplek prostitusi,  ingin diakui  “dunia luar” sebagai  anak   normal yang bermartabat. Mereka   memulai aksi perjuangannya   dengan  membuat sebuah  sanggar  belajar.
Dengan bantuan Betty, seorang  relawan   pencinta anak jalanan, Juned   kemudian mendirikan Ikatan Peduli Pendidikan Anak  atau yang disingkat  IPPA pada tahun 2009.
Tujuan pendirian IPPA   adalah  untuk menghilangkan kesan daerah Rawamalang  sebagai areal lokalisasi, kesan itu memberi efek psikologis bagi anak-anak yang  tinggal di sekitar lahan prostitusi terbesar di Jakarta Utara.
Di Sanggar ini mereka   belajar  bersama tentang  banyak  hal dengan  memaksimalkan penggunaan  perpustakaan mini mereka. Di luar  itu mereka juga  mengasah keterampilan berseni dari mulai  menggambar, menari dan menyanyi.   Sesekali  mereka  melakukan study tour  ke   beberapa tempat di Jakarta.
Melalui  perjuangan Juned  dan   teman-temannya, kini anak-anak   Rawamalang  memiliki  banyak prestasi dan kebanggan, terutama  di   bidang  seni.  “Sekarang   saya tidak malu lagi  tinggal  di   Rawamalang,” kata Irvan, salah satu teman Juned lainnya.
Dengan  kesederhanaan,  Juned telah  membangkitkan  banyak harga diri  anak-anak  Rawamalang. Sekarang  mereka  tak  malu   lagi  mengaku sebagai  anak Rawamalang, karena  mereka memiliki banyak prestasi.

0 comment:

Posting Komentar